Flickr Images

Saturday, July 25, 2015

MAKNA HARI RAYA KUNINGAN

Hari Raya Kuningan adalah hari raya yang diperingati 10 hari setelah hari raya Galungan, tepatnya pada hari Saniscara kliwon wuku kuningan. Hari raya ini dilaksanakan setiap 210 hari dengan perhitungan kalender Bali. 

Hari raya Kuningan adalah hari raya khusus, di mana para leluhur yang setelah beberapa saat berada dengan keluarga sekali lagi disuguhkan sesajen dalam upacara perpisahan untuk kembali ke stananya masing-masing. Sedangkan di pedesaan ada beberapa Barong “ngelawang” beberapa hari diikuti sekolompok anak-anak dengan tetabuhan / gambelan.
 
Dikutip dari Bhagawan Dwija mengatakan makna dari Kuningan adalah mengadakan janji/pemberitahuan/nguningang baik kepada diri sendiri, maupun kepada Ida Sanghyang Parama Kawi, bahwa dalam kehidupan kita akan selalu berusaha memenangkan dharma dan mengalahkan adharma (antara lain bhuta dungulan, bhuta galungan dan bhuta amangkurat).
 
Penyelenggaaraan upacara Kuningan disyaratkan supaya dilaksanakan semasih pagi dan tidak dibenarkan setelah matahari condong ke barat. Ini di karenakan Pada Hari Raya Kuningan, Ida Sanghyang Widhi Wasa memberkahi dunia dan umat manusia sejak jam 00 sampai jam 12. Jadi di saat itu sangat tepat kita datang menyerahkan diri kepada-Nya mohon perlindungan. Pada hari itu dibuat nasi kuning, lambang kemakmuran dan dihaturkan sesajen-sesajen sebagai tanda terimakasih dan suksmaning idep kita sebagai manusia (umat) menerima anugrah dari Hyang Widhi berupa bahan-bahan sandang dan pangan yang semuanya itu dilimpahkan oleh beliau kepada umatNya atas dasar cinta-kasihnya. Di dalam tebog atau selanggi yang berisi nasi kuning tersebut dipancangkan sebuah wayang-wayangan (malaekat) yang melimpahkan anugrah kemakmuran kepada kita semua.
 
Sebuah tradisi unik selalu digelar warga di kota Tabanan, setiap merayakan hari raya Kuningan. Seusai menggelar persembahyangan bersama, setiap keluarga yang berkecukupan membagi-bagikan uang kepada warga dengan cara disebar di udara. Tradisi bernama Mesuryak atau dalam bahasa Indonesia artinya bersorak ini selalu disambut antusiasme warga desa mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Meski masih berpakaian adat lengkap, mereka tak canggung untuk memburu pecahan uang mulai dari Rp 500 hingga Rp 100.000. Bahkan, tak jarang beberapa dari mereka mengalami cedera karena saling berebut untuk mendapatkan uang yang mereka incar. Mesuryak adalah warisan leluhur dan berlangsung secara turun-termurun. Tradisi ini merupakan simbol persembahan kepada leluhur yang sudah meninggal agar diberi tempat yang layak di alam sana.
 
Pada Hari Raya Kuningan juga dibuat nasi kuning sebagai lambang kemakmuran dan dihaturkan sesajen-sesajen sebagai tanda terimakasih dan suksmaning idep kita sebagai manusia menerima anugerah dari Sang Hyang Widhi.

Sumber: berbagai sumber dan wikipedia

0 comments:

Post a Comment