Jika anda kebetulan berada di BALI akhir bulan Maret ini, maka anda akan menyaksikan ritual keagamaan yang unik dan menarik dalam menyambut Tahun Baru Saka 1936.
Sehari sebelum hari raya nyepi, masyarakat yang beragama Hindu di Bali biasanya menggelar pawai ogoh-ogoh yang biasa disebut malam pengrupukan.
Ogoh-ogoh dengan rupa menakutkan yang terbuat dari anyaman bambu ini akan berkeliling diiringi oleh suara gamelan yang memekakan telinga. Tujuannya adalah untuk menetralisir kekuatan negatif/jahat atau dalam agama hindu disebut Buta kala.
Setelah sehari penuh orang-orang memenuhi jalan dalam pawai ogoh-ogoh, keesokan harinya suasana akan berubah menjadi sunyi senyap. Inilah yang disebut dengan Hari Nyepi, dimana seluruh masyarakat Hindu Bali melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Dan bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.
0 comments:
Post a Comment